Hati-hati Minum Obat Sembarangan
by Maria Roosmawarty on Thursday, December 30, 2010 at 8:18am
Alergi terhadap obat , memang sangat mengkhawatirkan..karena itu bisa terjadi terhadap obat2 yg sudah biasa kita minum, jika pada suatu ketika faktor alergen muncul dari dalam tubuh kita dan tiba2 saja setelah minum obat tersebut kulit berubah merah2,gatal, atau kadang sesak napas. Efek alergi ini merupakan reaksi hipersensitivitas (reaksi tubuh yang berlebihan terhadap suatu zat). Obat berperan sebagai benda asing dan tubuh menanggapinya dengan memberikan reaksi radang.
Beberapa gambaran yang dapat menandakan seseorang terkena reaksi alergi karena obat, sebagai berikut (catatan: tidak semua orang yang terkena alergik mengalami semua gambaran di bawah ini):
- Terjadi perubahan warna di kulit kemerahan, seperti orang terkena cacar
- Adanya biduran, gatal2
- Timbul kemerahan pada kulit yang disertai dengan sisik kulit.
- Adanya perdarahan dalam kulit, seperti kemerahan pada penderita demam berdarah dengue.
- Adanya radang pada pembulih darah (vaskulitis)
- Timbulnya reaksi kemerahan setelah kontak dengan sinar matahari
- Adanya penonjolan bernanah seperti jerawat
- Kelainan lain gawat darurat, seperti kulit seperti terbakar yang dalam klinik disebut nekrolisis epidermal toksik
Banyak kasus yg di temui di RS terjadi justru terhadap obat yg sudah biasa dikonsumsi (familier) tiba2 terjadi alergi dan yg lebih mengerikan bila ternyata itu Steven Johnson Syndrome , dimana orang yg terserang alergi seperti seriawan,luka2 seperti luka bakar di seluruh tubuhnya, dsb sehingga perlu mendapat perawatan intensif di rs spt org yg luka bakar,harus terhindar dari infektious ,diisolasi di kmr tersendiri.malah yg parah bisa merenggut nyawa.
Jadi hati2 deh mengkonsumsi permen eh..obat..jangan keseringan. ingat deh,obat itu racun lho.(selain berkhasiat)
Pada dasarnya hampir semua obat, makanan, atau apapun yang Anda konsumsi dapat berpotensi menimbulkan alergi. Setiap orang memiliki jenis alergi yang berbeda-beda. Namun, dari Bagian Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin FKUI menyebutkan obat yang yang sering menimbulkan alergi adalag antibiotika penisilin dan turunannya (ampisilin, amoksisilin, kloksasilin), antibiotika sulfonamide, obat antidemam dan antinyeri (seperti asam salisilat, parasetamol, dll)
Banyaknya obat yang dijual bebas ternyata telah memicu pemakaian obat yang kurang rasional oleh masyarakat. Akibatnya, bukannya sembuh, justru terjadi alergi terutama pada kulit sebagai efek samping yang sebenarnya tidak dikehendaki. Tanpa penanganan medis yang tepat, kelainan kulit karena alergi obat itu juga dapat berakibat fatal, sampai menyebabkan kematian.
Hal itu diutarakan dr Usman Atmaprawira SpKK, ahli penyakit kulit dan kelamin RS Omni Medical Center (OMC), dalam seminar "Alergi pada Praktik Sehari-hari dan Drugs Eruption" Seminar ditujukan untuk membekali dokter dengan pengetahuan mengenai kelainan kulit yang disebabkan oleh alergi obat agar tidak terjadi kekeliruan dalam mendiagnosis.
Kadang2 ditemukan bahwa pemakaian obat tradisional atau jamu2 an yang sekarang ini dijual, ternyata banyak dicampur dengan obat (modern) juga sangat berisiko menyebabkan kelainan kulit berupa alergi yang sering disebut allergic drug reaction. Efek obat yang tidak dikehendaki itu tidak selalu bersifat alergik, bisa juga non alergik. Karena itu penting sekali untuk memperhatikan dasar-dasar diagnosis kelainan kulit karena alergi obat.
Para dokter hendaknya sangat hati-hati dalam memberikan obat kepada pasien yang datang dengan keluhan, yang kemudian didiagnosis sebagai kelainan kulit. Harus diingat, kelainan yang dialami pasien itu bisa jadi dipicu oleh alergi obat.
Setidaknya ada dua hal yang harus diperhatikan sebagai dasar diagnosis, yakni mengenai anamnesis yang diteliti dan kelainan-kelainan kulit yang ditemukan.
Anamnesis yang diteliti itu meliputi obat yang pernah dikonsumsi oleh penderita, tingkat keakutan, serta rasa gatal yang dikeluhkan yang kadang disertai demam. Sedangkan berdasarkan kelainan kulit yang ditemukan, dapat dilihat apakah distribusi kelainan menyeluruh dan simetris, serta memperhatikan bentuk kelainan yang timbul.
Alergi terhadap satu macam obat dapat memberi gambaran klinis yang beraneka ragam. Sebaliknya, gambaran klinis yang sama dapat disebabkan oleh alergi bermacam-macam obat,
Berdasarkan bentuk-bentuk klinis, kelainan kulit akibat alergi obat itu dapat dibedakan menjadi delapan,yaitu
eritema, pupura, urtikaria, dermatitis medikamentosa, eksantem fikstum, eritema nodusum, eritroderma serta eritema multiforme (EM).
Dari semua kelainan itu, yang paling sering ditemui adalah eritema, yaitu kemerahan pada kulit akibat melebarnya pembuluh darah yang disebabkan oleh alergi obat. Sedangkan yang paling parah adalah sindrom stevens-johnson atau yang biasa disebut sebagai eritema multiforme (EM) major, yakni kelainan yang muncul akibat alergi obat dan sering menyerang lubang badan terutama mulut dan alat kelamin (laki-laki).Untuk mengenal kelainan kulit karena alergi obat secara sistemik diperlukan anamnesis yang teliti. Dan, tentu saja harus mengenal bentuk-bentuk klinis kelainan tersebut.
Dokter akan memberikan penanggulan alergi obat dengan 2 cara antara lain memberikan efek sistemik (ke selutuh tubuh) atau hanya topikal (setempat). Tentunya ini berdasarkan kebutuhan dari pasien dan keadaan pasien.
Obat yang termasuk sistemik adalah obat jenis kortikosteroid yang diberikan secara diminum, misalnya obat prednison. Dokter juga dapat memberikan obat antihistamin untuk meredakan rasa gatal.
Pengobatan topikal ( melalui kulit )juga bergantung pada keadaan kulit, apakah kering atau basah. Jika kering dapat diberikan bedak salisilat. Jika basah akan diberikan kompres dengan larutan salisilat
Tidak ada komentar:
Posting Komentar